Share Dari Facebook
Uang Rp1000 dan Rp100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama di cetak dan diedarkan Bank Indonesia. Mereka keluar pada saat bersamaan, berpisah dari bank, lalu beredar di masyarakat.
Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda, terjadilah percakapan
Rp100.000 : Kenapa badanmu begitu lusuh, kotor dan bau amis?
Rp1.0 00 : karena begitu keluar
dari bank, aku langsung ke tangan orang-orang bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan hingga tangan pengemis. Kalau kamu, kenapa kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?
Rp100.000 : karena begitu keluar dari bank, aku langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di mall dan hotel berbintang. Keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.
Rp1000 : pernahkah engkau mampir ke tempat ibadah?
Rp100.000 : (terdiam, lalu) Jarang sih, bahkan banyak di
antara kami yang belum pernah.
Rp1.000 : ketahuilah, walaupun keadaanku seperti ini, setiap Jum'at aku selalu mampir di masjid-masjid dan di tangan anak yatim. Karena itu, aku selalu bersyukur kepada Allah ta'ala. Aku dipandang manusia bukan sebuah nilai, tapi yang mereka pandang adalah sebuah manfaat....
Akhirnya menangislah uang Rp100.000 karena merasa besar, hebat dan tinggi nilainya tetapi tidak begitu bermanfaat selama ini
Share From : WP Facebook Mas Ahmad Rosidi
Ane Juga Sedikit tersentuh atas percakapan uang di atas , ayo lebih banyak lah beramal dengan nilai yang besar karena dengan itu kita pun akan mendapatkan pahala yang besar pula
dan utamakan dengan hati yang ikhlas